Beranda | Artikel
Apa Keistimewaan Akhlak Mulia?
Kamis, 11 November 2021

Edisi 1812

Akhlak mulia merupakan suatu hal yang penting bagi setiap orang, khususnya kaum muslimin. Bisa dikatakan bahwa saat ini terjadi krisis akhlak, termasuk pada kaum muslimin. Syaikh Al Albani rahimahullahu, salah seorang ulama pakar hadits abad ini, beliau berkata,

“Dahulu saya mengira bahwa permasalahan umat ini hanya terkait dengan jauhnya kaum muslimin dari pemahaman yang benar terhadap makna kalimat ‘Laa ilaaha illallaah’. Akan tetapi, tampak bagiku ada permasalahan lain. Selain permasalahan jauhnya kaum muslimin dari tauhid, banyak orang yang tidak berakhlak dengan akhlak yang sudah diajarkan dalam Islam, kecuali sedikit saja.” (Fatawa Jeddah, Kaset No.34).

Dari perkataan beliau, nampak bagi kita betapa pentingnya belajar dan berusaha menerapkan akhlak mulia dalam Islam, sebagaimana yang sudah diajarkan Nabi shallalahu ‘alaihi wa sallam.

 

Pengertian akhlak

Secara bahasa, akhlak adalah agama, tabiat, dan watak. Sedangkan secara istilah, seperti yang dijelaskan oleh Ibnu Maskawaih rahimahullahu, akhlak berarti kondisi bagi jiwa yang mengajak kepada perbuatan-perbuatan tanpa dipikirkan maupun ditimbang-timbang (Mausu’ah Akhlak Islamiyah hal. 2).

 

Rasul diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia

Agama Islam adalah agama yang sempurna, sebagaimana firman Allah Ta’ala (yang artinya), “Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepdamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridoi islam jadi agama bagimu.” (Q.S. Al-Maidah:3).

Di antara bentuk kesempurnaan agama Islam adalah diutusnya Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam oleh Allah Ta’ala untuk menyempurnakan akhlak manusia. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia.” (H.R. Ahmad, dinilai sahih oleh Syaikh Albani rahimahullahu).

Hadits ini menguatkan bahwa akhlak mulia memiliki kedudukan yang sangat penting  dalam agama ini. Sepatutnya bagi setiap muslim untuk berusaha berakhlak mulia dalam kesehariannya. Maka, hanya kepada Allah kita memohon akhlak yang mulia. 

 

Kenapa kita harus berakhlak mulia?

  1. Kita diperintahkan untuk mengikuti Nabi.

Hadits di atas menjelaskan bahwa salah satu tujuan diutusnya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam adalah untuk menyempurnakan akhlak mulia. Kita pun diperintahkan untuk mengikuti Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dalam segala hal, sebagaimana disebutkan dalam ayat-Nya yang mulia (yang artinya),

 

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat, dan dia banyak menyebut Allah.” (Q.S. Al-Ahzab:21).

 

Imam Ibnu Katsir rahimahullahu menjelaskan dalam kitab tafsirnya bahwa ayat yang mulia ini adalah pokok yang agung untuk mencontoh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dalam berbagai hal, baik perbuatan, perkataan, maupun perilaku. (Tafsir Ibnu Katsir, 7/354).

 

Allah Ta’ala juga berfirman di ayat-Nya yang lain tentang akhlak Rasulullah (yang artinya), “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (Q.S. Al-Qalam: 4).

 

Terkait ayat yang mulia ini, Imam Ibnu Katsir rahimahullahu membawakan hadits dari ‘Aisyah radhiyallaahu ‘anha. Ketika ‘Aisyah radhiyallaahu ‘anha ditanya tentang akhlak Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau menjawab, “Akhlak beliau adalah Al-Qur’an” (H.R. Muslim).

 

Ibnu Katsir rahimahullahu melanjutkan perkataannya dalam kitab tafsirnya bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjadi percontohan Al-Qur’an, baik dalam hal perintah, larangan, karakter, sekaligus perangai beliau. Allah karuniakan pula akhlak yang agung, yaitu rasa malu, pemurah, pemberani, pemberi maaf lagi sabar, serta semua akhlak mulia untuk beliau. (Tafsir Ibnu Katsir, 10/73).

 

  1. Akhlak mulia dapat memberatkan timbangan amal

Sahabat mulia, Abu Darda radhiyallaahu ’anhu, menyampaikan bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

”Tidak ada suatu amalan yang jika diletakkan dalam timbangan lebih berat dibandingkan akhlak mulia. Sesungguhnya orang yang berakhlak mulia dapat mencapai derajat orang-orang yang rajin puasa (sunnah-pen) dan rajin salat (sunnah-pen).” (H.R. Tirmidzi, dinilai sahih oleh Syaikh Al-Albani rahimahullahu).

 

  1. Amalan yang paling banyak memasukkan seseorang ke dalam surga

Sahabat Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu berkata,

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya mengenai perkara yang banyak memasukkan seseorang ke dalam surga, maka beliau menjawab, ‘Bertakwa kepada Allah & berakhlak yang baik’.” (H.R. Tirmidzi, dihasankan oleh Syaikh Al-Albani).

 

  1. Diberikan istana di surga

Abu Umamah radhiyallaahu ‘anhu berkata bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

 

Aku memberikan jaminan rumah di pinggiran surga bagi orang yang meninggalkan perdebatan walaupun dia orang yang benar. Aku memberikan jaminan rumah di tengah surga bagi orang yang meninggalkan kedustaan walaupun dalam bentuk senda gurau. Aku memberikan jaminan rumah di surga yang tinggi bagi orang yang berakhlak mulia.(H.R. Abu Daud, dihasankan oleh Syaikh Al Albani).

 

  1. Tanda kesempurnaan iman seseorang

Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, beliau berkata, Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Orang yang paling sempurna imannya, adalah yang paling mulia akhlaknya.” (H.R. Abu Daud, dinilai hasan shohih oleh Syaikh Albani).

 

 

Contoh-contoh akhlak mulia

Para ulama ahlussunnah menyebutkan beberapa contoh akhlak mulia. Di antaranya adalah Al Hasan Al Bashri rahimahullahu, salah seorang ulama tabi’in. Beliau berkata, “Hakikat akhlak mulia adalah berbuat baik kepada orang lain, tidak menganggu orang lain, dan berwajah yang berseri-seri.(Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 15/78).

 

Juga dari beliau rahimahullahu ketika ditanya apa itu akhlak mulia, beliau menjawab, “Akhlak mulia adalah bersikap ramah, dermawan, dan tidak mudah marah. (Kitabul Karim wal Juud wa Sakhaain Nufuus, hal. 55).

 

Perkataan lainnya terkait akhlak mulia, semisal dari Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullahu, salah seorang dari empat imam mazhab. Beliau mengatakan, “Akhlak mulia adalah jangan engkau mudah marah.

 

Beliau juga mengatakan, “Akhlak mulia adalah engkau bisa menahan amarah di hadapan manusia.(Jami’ul ‘Ulum wal Hikam, 2/544).

 

Penutup

Sebagai penutup, kita akan mengingat kisah yang didalamnya tergambarkan bagaimana mulianya akhlak Nabi kita, shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Di dalam buku Ar-Rahiq Al-Makhtum, Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri hafizhahullahu menceritakan,

“Di antara sifat kemurahan hati & kedermewanan beliau yang sulit digambarkan, bahwa beliau memberikan apa pun dan tidak takut menjadi miskin. Ibnu Abbas berkata,

Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling murah hati. Kemurahan hati beliau yang paling menonjol ialah pada bulan Ramadhan saat dihampiri Jibril. Jibril menghampiri beliau setiap malam pada bulan Ramadhan, untuk mengajarkan Al-Quran kepada beliau.

Beliau benar-benar orang yang lebih murah hati untuk hal-hal yang baik daripada angin yang berhembus.” Jabir berkata, “Tidak pernah beliau dimintai sesuatu, lalu menjawab, ‘Tidak’.” (Ar-Rahiq Al-Makhtum, Ummul Qura hal 849-850).

Semoga kita bisa meneledani beliau dan berakhlak mulia mengikuti beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam dalam kehidupan sehari-hari. Tak lupa kita hendaknya memperbanyak doa kepada Allah Ta’ala agar diberikan akhlak yang mulia.

Di antara doa yang diajarkan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam adalah doa Alloohumma ahsanta kholqii fa ahsin khulqii”. Artinya, “Ya Allah, engkau telah memperbagus penciptaanku, maka perbaguslah akhlakku” (H.R. Ahmad, disahihkan Syaikh Albani).

Semoga Allah Ta’ala memberikan kita hidayah dan taufik-Nya agar kita bisa senantiasa bersikap mulia. Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammad wa ‘alaa aalihi wa sallam.

 

Penulis: dr. Dimas Setiaji

Muroja’ah: Ustaz Abu Salman, B.I.S.


Artikel asli: https://buletin.muslim.or.id/apa-keistimewaan-akhlak-mulia/